Rabu, 29 Januari 2014

ACER Aspire E1-422: Notebook Konvensional Kini Semakin Tipis

Harga: Rp4.600.000 

Kelebihan:
- Memiliki desain bodi yang tipis
- Dilengkapi on-die graphics card yang bertenaga
- Keyboard dan touchpad yang nyaman digunakan

Highlights:
Bagi Anda yang sering mengetik menggunakan notebook, ACER Aspire E1-422 menyedikan keyboard chiclet dengan tuts yang nyaman untuk jemari. Tidak hanya itu, touchpad-nya pun nyaman digunakan meski tangan Anda berkeringat. Interface yang disediakan pada ACER Aspire E1-422 juga cukup lengkap untuk kebutuhan multimedia.
CHIP.co.id - Sekilas, desain bodi ACER Aspire E1-422 nampak biasa-biasa saja. Namun jika diperhatikan secara seksama, ketebalan bodi ACER Aspire E1-422 tidak melebihi optical drive yang ada pada sisi kanannya. Hal ini mengindikasikan bahwa notebook ini memiliki dimensi yang tergolong tipis. Meski tidak setipis Ultrabook, namun ketebalan keseluruhan 2,5 cm sudah tergolong ramping untuk ukuran notebook biasa.
Notebook ini ditenagai oleh prosesor AMD A6-5200 yang memiliki kecepatan 2,0 GHz. AMD A6-5200 merupakan salah satu varian prosesor dengan codename Kabini. Berbeda dengan Richland, Kabini tidak dirancang untuk kebutuhan gaming. Prosesor ini lebih cocok digunakan untuk kebutuhan multimedia kelas mainstream.
 
Dengan thermal design power sebesar 25 watt, konsumsi dayanya pun menjadi irit sehingga daya tahan baterai pun menjadi lebih lama. Sebagai salah satu dari jajaran AMD APU, prosesor quad-core ini dilengkapi dengan on-die graphics AMD Radeon HD 8400. Untuk pemrosesan grafis, terdapat 128 stream processor pada AMD Radeon HD 8400.
 
Bagi Anda yang sering mengetik menggunakan notebook, ACER Aspire E1-422 menyedikan keyboard chiclet dengan tuts yang nyaman untuk jemari. Tidak hanya itu, touchpad-nya pun nyaman digunakan meski tangan Anda berkeringat. Interface yang disediakan pada ACER Aspire E1-422 cukup lengkap untuk kebutuhan multimedia. Pada sisi kiri terdapat sebuah port USB 3.0 dan RJ-45. Selain itu juga ada port D-Sub dan HDMI untuk output display. Sedangkan pada sisi kanan terdapat dua buah port USB 2.0 dan DVD-RW. Dengan adanya DVD-RW, Anda dapat memutar film yang masih tersimpan di dalam bentuk kepingan CD maupun DVD.
 
Bodi Acer Aspire E1-422 yang tipis membuat ukuran dan kapasitas baterai pun menjadi lebih kecil.  
 
Jika ingin meng-upgrade beberapa komponen yang ada di dalamnya, dibutuhkan sedikit kerja keras. Pasalnya, pada bagian bawah, Anda hanya diberikan akses untuk membuka penutup slot RAM saja. Sedangkan untuk penggantian hard disk, Anda harus membuka seluruh bodi pada bagian bawah. Hal ini bisa berpotensi menghilangkan garansi. 
 
 
DATA TEKNIS
Sistem operasi: Windows 8
Layar: 14 inci (1366  x 768)
Prosesor: AMD A6-5200 2,0GHz
Chipset: N/A
Memori: 2 GB DDR3
GPU: AMD Radeon HD 8400
HDD: 500 GB
Wireless LAN: Atheros AR956x
Optical drive: MATSHITA DVD-RAM UJ8D2Q
Webcam: HD Webcam


Source : http://chip.co.id/

MSI Luncurkan Motherboard Gaming AMD FM2+

(Foto: Vr-zone)CALIFORNIA - MSI tidak mau kalah dengan vendor perangkat keras lainnya yang mengusung dukungan terhadap soket FM2+. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan meluncurkan dua perangkat motherboad gaming baru dengan dukungan soket AMD FM2+.

Seri motherboard ini antara lain A88XM dan A88X-G45. Dilansir Vr-zone,Jumat (24/1/2014), MSI mengungkap bahwa produk barunya ini cocok untuk APU AMD Kaveri yang baru, yang pernah dipamerkan pada event CES 2014.

Soket FM2+ kabarnya memiliki 'pins' berjumlah 906 yang berbeda dengan soket FM2 dengan 904 pins. Sehingga, APU yang cocok untuk soket FM2+ tidak akan kompatibel dengan soket pada motherboard FM2, namun sebaliknya, APU yang bisa ditempatkan di soket FM2, bisa bekerja pada motherboard FM2+.

Ini merupakan motheboard khusus untuk gamer PC pertama yang disediakan oleh MSI. Sebelumnya, perusahaan telah meluncurkan lini produk motherboard dengan dukungan FM2+, tetapi bukan untuk gamers.

Kedua perangkat papan induk ini menampilkan controller Killer Gigabit Ethernet, teknologi Audio Boost dan USB Audio Power hingga beberapa port USB. Komponen yang diusung menampilkan Military Class 4 yang diklaim memiliki ketahanan dan kestabilan mumpuni saat di-overclocking.

Ada pula fitur OC Genie 4 untuk pengaturan hardware dan Command Center yang menampilkan berbagai perangkat keras yang terhubung ke motherboard. Perangkat baru ini juga dilengkapi dukungan DisplayPort, VGA, HDMI, DVI, empat slot DIMM yang mengakomodasi total memori 32 GB RAM DDR3 pada kekuatan maksimal 2400 MHz.

Model A88X-G45 Gaming menampilkan delapan konektor SATAIII. Spesifikasi A88XM dan A88X-G45 memiliki kesamaan, namun A88XM mengusung form factor M-ATX.

Perangkat diharapkan segera tersedia dalam waktu dekat di pasaran. MSI mem-bundling motherboard A88X-G45 ini dengan game gratis, Assassin’s Creed Liberation HD. 


Source : http://techno.okezone.com/

Kamis, 23 Januari 2014

Apa Saja Fitur Keren AMD Kaveri?

http://images.detik.com/content/2014/01/18/317/amdkav.jpgJakarta - AMD baru saja merilis generasi prosesor terbaru mereka di Indonesia yang bernama Kaveri. Sebagai amunisi, ada sejumlah fitur menarik yang ada pada chip tersebut. Apa saja?

Secara performa AMD Kaveri jelas lebih unggul dari prosesor APU AMD mana pun. Salah satu penyebabnya adalah proses fabrikasi 28nm dengan jumlah transistor yang mencapai 2,41 miliar dalam die berukuran 245 mm².

Jumlah transistor tersebut jauh lebih banyak jika dibandingkan APU AMD Trinity atau Richland yang 'hanya' memiliki 1,303 miliar transistor dalam die sebesar 246 mm². Jadi dengan ukuran yang nyaris sama Kaveri punya 'jeroan' yang jauh lebih banyak, imbasnya adalah tenaga yang lebih besar hingga 50% dibanding seri sebelumnya.

Itu jika dilihat dari jumlah komponen, soal dukungan teknologi Kaveri juga terbilang cukup menjanjikan. Di dalam prosesor tersebut AMD sudah menanamkan memori kontroler bernama Heterogeneous Unified Memory Architecture (hUMA) yang membuat komunikasi antara GPU dan CPU semakin lancar.

"Ini membuat CPU dan GPU menjadi setara," jelas Adam Kozak, Client Desktop, Senior Product Marketing Manager, saat meluncurkan jajaran Kaveri di Hotel Sultan, Jakarta.

Fitur keren lainnya yang terdapat pada Kaveri adalah teknologi anyar AMD yang disebut Steamroller. Arsitektur yang fokus untuk mengoptimalkan kemampuan tiap core ini diklaim bisa meningkatkan kerja tiap 'otak' hingga 20%.

Dari sisi grafis Kaveri sudah dibenamkan GPU Radeon berbasis teknologi Graphics Core next (GCN) generasi kedua. Teknologi GCN sendiri sebelumnya hanya dapat ditemui pada kartu grafis AMD di kelas mid-to-high hingga high-end.

Berkat teknologi GCN, dikombinasikan dengan Application Programming Interface (API) AMD Mantle, kinerja chip grafis diklaim bakal jauh lebih optimal. Makin terasa saat menjalankan game yang juga telah dioptimalkan dengan AMD Mantle, seperti update Battlefield 4 yang rencananya akan meluncur akhir Januari 2014 ini.

Kemampuan AMD Kaveri tidak hanya menonjol dari sisi kinerja CPU dan kemampuan GPU, tapi ini bisa dibilang merupakan prosesor dengan dukungan kemampuan audio yang cukup mumpuni.

AMD Kaveri mendukung fitur True Audio yang dirancang untuk meningkatkan kualitas suara pada game.

Lalu apa hebatnya teknologi itu? Selama ini kebanyakan developer mengaku cukup kesulitan untuk membuat efek suara yang lebih realistis, entah itu suara ledakan, percakapan, suasana lingkungan, dan suara lainnya pada game.

Karena saat mereka memasukan banyak suara ke dalam satu game, maka beban prosesor akan meningkat. Semakin kompleks suara yang dikeluarkan, bebannya bakal semakin berat. Imbasnya adalah performa sistem yang akan menurun.

Apa yang coba dilakukan AMD adalah untuk mengatasi hal itu. Mereka merancang sebuah GPU yang di dalamnya juga terdapat 'jalur' untuk mengolah suara. Inilah fitur keren lainnya yang terdapat pada prosesor Kaveri.

Di Indonesia AMD sudah memasarkan dua varian Kaveri, yakni A10-7700K dan A10-7850K, sementara untuk versi A8-7600 dijadwalkan baru dipasarkan dalam kuartal pertama 2014.


Source : http://inet.detik.com

Windows 9 Bisa Datang Lebih Cepat

KOMPAS.com - Penerus Windows 8, sementara dipanggil Windows 9, disebutkan akan mulai dikapalkan pada April 2015. Ini dikemukan oleh blogger berita Microsoft Paul Thurrot, Awal bulan ini pada awal bulan ini.

Akan tetapi, kabar terakhir yang dilansir WPCentral, Rabu (22/1/2014) dari seorang peretas (hacker) terkemuka menyebutkan bahwa penerus sistem operasi Windows 8 itu akan muncul lebih cepat.

Versi final Release to Manufacture (RTM) dari sistem operasi ini diperkirakan sudah akan mulai didistribusikan ke rekanan Microsoft pada 21 Oktober mendatang, atau hanya dua tahun setelah kemunculan Windows 8.

Hacker bernama WZor tersebut diketahui sebagai sumber akurat untuk rumor terkait produk dan korporasi Microsoft.

Sebelumnya, Microsoft diperkirakan bakal membuat tiga versi Build sebelum sampai pada produk final. Jadi sebenarnya, tanggal rilis pada 21 Oktober 2014 terdengar seperti waktu yang cukup sempit.

Windows 9 disebut-sebut merupakan bagian dari beberapa sistem operasi yang tergabung di bawah nama sandi "Threshold". Selain sistem operasi desktop ini, Threshold juga mencakup OS mobile Windows Phone 9 dan update Xbox One. Ketiganya direncanakan bakal terintegrasi dengan erat.

Microsoft sendiri diperkirakan baru akan merilis update Windows 8.1 GDR1 pada konferensi BUILD 2014 pada April mendatang. Mungkinkah Windows 9 akan menyusul hanya beberapa bulan setelahnya?


Source : http://tekno.kompas.com

Game di AMD Bakal Makin Ngebut


KOMPAS.com - Bersama dengan kemunculan kartu Grafis baru seri "Hawaii" pada September 2013 lalu, AMD turut memperkenalkan Application Programing Interface khusus untuk kartu grafis Radeon bernama Mantle.

Mantle adalah antarmuka software serupa dengan Direct X yang umum dipakai oleh game PC masa kini. Bedanya, Mantle yang dirancang khusus untuk GPU Radeon milik AMD diklaim sanggup menghasilkan kinerja game lebih tnggi, tentu apabila digunakan dengan GPU Radeon yang mendukung teknologi tersebut.

Ketika berbicara dalam acara peluncuran prosesor AMD Kaveri di Jakarta, Jumat (17/1/2014) kemarin, Manajer Senior Pemasaran Produk AMD Adam Kozak menjelaskan bahwa peningkatan kinerja game yang dihasilkan melalui pemakaian API Mantle bervariasi.

"Kalau digunakan pada GPU Radeon yang terintegrasi pada chip Kaveri, peningkatannya berkisar antara 10-12 persen. Di GPU seri high-end seperti Radeon R9 290X, bisa mencapai lebih dari 40 persen," jelas Adam.

Adam melanjutkan bahwa kecepatan GPU Radeon yang dipakai pengguna turut mempengaruhi besarnya kinerja ekstra yang dihasilkan. Semakin cepat atau semakin tinggi serinya, maka semakin kencang pula Mantle mengakselerasi game.

Yang perlu dicatat, Mantle hanya kompatibel dengan GPU Radeon terkini yang menggunakan arsitektur Graphics Core Next (GCN), yaitu mulai seri Radeon 7000 ke atas, termasuk seri R7 dan R9 yang baru.

Mantle sendiri bukanlah standar terbuka seperti OpenCL atau OpenGL, dalam artian penggunaannya terbatas hanya untuk GPU buatan AMD saja. Dukungan game turut diperlukan agar Mantle bisa dipakai mengakselerasi grafis. Salah satu judul yang akan segera menawarkan dukungan ini adalah Battlefield 4 dari DICE.

Pengguna GPU AMD pun masih harus menunggu sebelum bisa menikmati main game dengan Mantle. Ini karena AMD belum merilis software driver yang diperlukan. Kozak menjanjikan pihaknya akan segera melakukan hal tersebut. "Nanti, driver dan patch Mantle untuk Battlefield 4 bakal dilepas sebelum bulan Januari berakhir," katanya.


Source : http://tekno.kompas.com

Rakit PC dengan AMD Kaveri, Benarkah Lebih Irit?














http://images.detik.com/content/2014/01/20/317/komputer460.jpg 
Jakarta - AMD Kaveri bisa dikatakan chip gabungan antara kartu grafis dengan prosesor. AMD mengklaim ini menjadi solusi hemat untuk yang ingin merakit komputer bertenaga. Benarkah?

Seri APU AMD memang adalah chip yang menggabungkan antara CPU dengan GPU. Kian hari kinerja chip tersebut ditingkatkan hingga mencapai titik di mana performa bertemu dengan konsumsi energi yang efisien.

Kaveri adalah generasi terbaru chip tersebut. Performanya terbilang cukup mentereng, AMD mengklaim versi tertinggi chip tersebut yakni A10-8570K bisa dipakai memainkan Battlefield 4 dengan nyaman pada level medium di resolusi 720p. Wow! Luar biasa untuk ukuran GPU onboard.

Tapi perlu diingat, kinerja tersebut juga harus didukung sejumlah komponen lain, misalnya tipe mainboard, memori RAM, bahkan pendingan prosesor yang harganya tidak murah.

Misalnya memori, untuk mengoptimalkan kemampuan Kaveri pengguna diwajibkan memakai memori terkencang yang ada di pasaran, yakni DDR3 2400 yang per kepingnya lebih dari Rp 1 juta untuk ukuran 8 GB.

Belum lagi soal pendingin prosesor. Memang, dalam paket penjualannya AMD sudah menyediakan kipas pendingin standar, tapi itu rasanya belum cukup.

Karena panas berlebih yang dihasilkan GPU maka dibutuhkan pendingin berkualitas agar kinerjanya terjaga. Ya paling tidak pengguna harus menyisihkan budget sekitar USD 30 untuk mendapatkan pendingin yang layak.

Ya, jika dihitung-hitung jika ingin mengoptimalkan kinerja Kaveri memang tidak bisa dibilang murah untuk saat ini. Namun itu bukan harga mati.

Untuk pemakaian komputasi sederhana atau menonton film HD mungkin pengguna tidak perlu memakai komponen pendukung yang disebutkan di atas, jadi total budget yang dikeluarkan bisa lebih ditekan.

Jadi, ada baiknya tentukan dulu ingin membuat komputer seperti apa sebelum memutuskan untuk merakitnya. Jangan sampai ingin irit justru malah keluar banyak duit.



Source : http://inet.detik.com

Rabu, 15 Januari 2014

Review Counter Strike – Global Offensive: Hadirkan Atmosfer Klasik yang Kental!



Anda tidak bisa disebut sebagai seorang PC gamer jika belum pernah memainkan Counter-Strike sebelumnya. Mod dari franchise game FPS fenomenal Half-Life dari Valve ini memang harus diakui fenomenal. Tidak hanya muncul sebagai standar untuk game-game military shooter yang lahir setelahnya, Counter Strike juga lahir sebagai salah satu game kompetitif level professional yang paling sering dipertandingkan di masa lalu. Popularitasnya memang tidak perlu diragukan lagi, bahkan sempat membuat industri game centre Indonesia kembali bergairah karenanya. Kini setelah penantian yang cukup lama setelah versi terakhirnya – Source, Valve akhirnya merilis seri terbaru – Counter Strike: Global Offensive.
Counter Strike – Global Offensive sendiri tetap dibangun dengan menggunakan engine Source, namun dengan versi yang sudah lebih disempurnakan. Hal ini tentu saja membuatnya datang dengan visualisasi yang boleh dikatakan setara dengan franchise game serupa yang dirilis saat ini, dengan desain karakter dan setting yang juga lebih baik. Uniknya, bagi para gamer yang sempat mencicipi game ini di masa lalu, kehadiran seri terbaru ini tidak lantas membuatnya berbeda dan “asing”. Kami bahkan sempat mengutarakannya di preview kami sebelumnya, bahwa untuk sebuah alasan yang jelas dan kuat, Counter-Strike: Global Offensive ini justru akan lebih meninggalkan kesan nostalgia yang lebih kentara dibandingkan terasa menikmati sebuah game yang benar-benar baru. Semua elemen baru yang ia tawarkan seolah didesain untuk memperkuat hal tersebut.
Lantas, bagaimana performa Counter Strike: Global Offensive? Apakah Valve mampu meracik seri terbaru ini dengan sensasi yang membuatnya lebih sempurna dibandingkan seri-seri Counter Strike sebelumnya? Atau ia akan tampil sebagai sebuah blunder yang fatal? Review ini akan mengupas CS: GO lebih dalam untuk Anda.

It’s Still the Same Old Counter-Strike!

Counter Strike: Global Offensive mampu menampilkan kesan yang kuat bahwa ia tetap menjadi seri CS klasik yang selama ini kita kenal, walaupun datang dengan tampilan yang jauh berbeda.
Mengapa kita tidak membicarakan plot tentang game yang satu ini seperti review-review game lain yang sempat dirilis oleh Jagat Play di masa lalu? Karena pada dasarnya, Valve tidak memuat mode single player dengan basis cerita untuk Counter Strike: Global Offensive (CS: GO) sama sekali. Ia dihadirkan sebagai sebuah game MMOFPS, yang lebih berfokus pada pengalaman multiplayer yang kompetitif. Mekanisme gameplaynya sendiri tidak banyak berbeda dibandingkan seri-seri Counter Strike sebelumnya, dimana Anda akan berperan sebagai Counter-Terrorist maupun Terrorist dan terlibat dalam sebuah perang epik untuk memastikan kemenangan kubu masing-masing. Map yang disediakan juga masih akan datang dengan misi uniknya masing-masing, walaupun sebagian besar berkisar seputar bomb detonation dan hostage rescue.
Satu yang unik dari CS: GO, terlepas dari tampilannya yang kini berubah jauh lebih baik, ia masih memancarkan aura CS klasik yang begitu kental. Jika Anda pernah memainkan seri CS di masa lalu, maka Anda akan langsung mendapatkan perasaan familiar yang begitu kental ketika memainkan seri terbaru ini. Apa sebab? Kehadiran beberapa map ikonik di masa lalu mungkin menjadi salah satu elemen yang akan meninggalkan kesan pertama tersebut kepada Anda. Map-map klasik seperti Dust, Dust 2, Italy, Inferno, Train, hingga Aztec dihadirkan dengan bentuk rancang yang masih sama, seperti yang sudah kita kenal. Walaupun demikian, bukan berarti Valve tidak memodifikasi peta-peta ini sama sekali. Beberapa map mendapatkan perombakan yang cukup signfikan dengan penambahan jalur ekstra untuk memastikan pertempuran yang lebih seimbang dan dinamis antara para CT dan Teror. Beberapa elemen sederhana seperti kotak / drum yang biasa digunakan untuk melakukan cover dan camping kini digeser, dihapus, dan ditambahkan. Namun pada dasarnya, map-map ini tetaplah menjadi map pertempuran ikonik yang sudah lama Anda kenal.
Salah satu yang membuat kesan ini begitu kentara adalah hadirnya berbagai map klasik yang tentu tidak asing lagi bagi sebagian besar gamer CS klasik. Valve juga menyuntikkan beberapa modifikasi setting untuk menghasilkan pertarungan yang lebih seimbang dan dinamis.
Tidak hanya map, mekanisme gameplay yang ditawarkan juga masih datang dengan sensasi CS klasik. Tidak ada iron sight, Anda tetap hanya mengandalkan crosshair yang ada.
Kesan nostalgia dari CS: GO juga tidak hanya didapatkan dari berbagai map ikonik yang tetap disertakan di dalamnya, tetapi dari mekanisme gameplaynya sendiri. Valve tampaknya bersikukuh untuk mempertahankan identitas seri terbaru ini sebagai sebuah game Counter-Strike yang pernah kita kenal dan tidak tertarik untuk memberikan perombakan signifikan untuknya. Tidak ada usaha untuk menjadikannya sebagai “clone” untuk game-game military shooter yang sedang populer saat ini. Anda masih akan menemui cara bertempur yang sama: membeli senjata di awal permainan dan kemudian bergerak untuk membunuh tim lawan dan mencapai misi masing-masing dalam cara yang klasik. Senjata yang Anda pegang juga akan menawarkan “cita rasa” yang sama, dengan sistem recoil yang serupa dan cara penggunaan yang sama. Bagi Anda yang berhadap ia akan datang dengan ironsight seperti halnya game FPS yang lain, Anda terpaksa harus kecewa. CS: GO tetap menuntut Anda untuk mengandalkan crosshair di depan mata, dan beberapa zoom up untuk senjata tertentu. It’s still the same old Counter Strike that we know!


Review HALO 4: Tetap Dramatis dan Epik!



Siapa yang tidak mengenal nama HALO di jagat industri game? Game FPS eksklusif XBOX 360 ini memang menjadi fenomena tersendiri, mengingat kesuksesan yang selalu berhasil diraih di setiap seri yang diluncurkan. Seri terbarunya – HALO 4 bahkan menciptakan rekor yang lebih mengagumkan, mencatatkan pendapatan hingga lebih dari USD 200 juta dalam 24 jam perilisannya, menjadikannya rilis dunia hiburan terbesar sementara ini.
Kehadiran HALO 4 adalah sebuah kejutan bagi para pemilik XBOX 360. Bagaimana tidak? Setelah percaya bahwa petualangan Master Chief telah berakhir di seri ketiganya, Microsoft memutuskan untuk menghidupkan kembali franchise ini. Di tangan developer baru – 343 Industries, Master Chief dibangun dengan identitas baru namun sekaligus tetap mempertahankan atmosfer yang membuatnya dikenal sebagai salah satu game FPS konsol terbaik di masa lalu. Sebuah babak baru untuk sebuah franchise yang sudah hidup dalam kurun waktu lama dan tentu saja ajang pembuktian bagi awal sepak terjang 343 Industries. Bagi Anda yang sudah membaca preview kami sebelumnya, Anda tentu sudah memiliki sedikit gambaran tentang game yang satu ini.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh HALO 4? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah seri baru yang tetap mengagumkan? Review ini akan mengupas lebih dalam untuk Anda.

Plot


Master Chief is back!
Pertempuran dengan para Convenant dan The Flood memang sudah berakhir, namun bukan berarti perang Master Chief berakhir begitu saja. Spartan yang satu ini memang sudah ditakdirkan untuk menyelamatkan semesta dari berbagai ancaman yang ada. 5 tahun setelah event terakhir di HALO 3, Master Chief terbangun di dalam pesawat UNSC – Forward Unto Dawn setelah Cortana, sang AI yang setia menemaninya, menemukan sebuah energi aneh yang terasa mengancam. Bertempur dengan beberapa Convenant di dalam kapal, Chief menemukan bahwa mereka terjebak di dalam armada Convenant yang sedang mengitari sebuah planet yang sedang mengorbit sebuah planet Forerunners – Requiem. Sebuah malapetaka pun membuat Master Chief terhisap ke dalamnya.
Misteri tentu saja mengitari Chief ketika tiba di Requiem untuk pertama kalinya. Bersama dengan Cortana yang mulai kehilangan “kesadarannya” karena umurnya yang kian tua, misi utama Chief hanya satu: mencari jalan untuk keluar dari planet yang ini. Harapan pun muncul setelah mereka mendengar sebuah signal kabur dari kapal induk UNSC bergema di Requiem. Namun, dalam upaya untuk menemukannya, Master Chief dan Cortana justru menemukan misteri yang jauh lebih besar. Mereka harus bertempur dengan ras alien baru dengan teknologi yang lebih canggih – Prometheans dan berhadapan dengan sang pemimpin yang ditakuti – The Didact. Tanpa sepengetahuan mereka, mereka telah terjebak di dalam skema yang telah disusun olehmastermind yang satu ini.

Terbangun dari tidur panjangnya, Master Chief menemukan dirinya berada di armada masih Convenant yang tengah mengorbit sebuah planet Forerunners – Requiem. Terserap ke dalamnya, Chief harus mencari jalan keluar untuk menyelamatkan diri dan bergabung dengan armada UNSC secepatnya.

Cortana yang setia, tetapi menemani Chief di seri keempat ini. Namun seperti AI-AI yang lain, fungsi dan kesadarannya terus menurun. Namun kesetiaannya mendorong Cortana terus berupaya untuk memastikan keselamatan Chief. Kondisi yang disebut sebagai “Rampancy”. 

Setelah hanya disebut-sebut selama tiga seri terakhir, Chief akhirnya bertemu dengan beberapa Forerunners dengan berbagai kepentingan. The Didact muncul sebagai tokoh antagonis yang utama.
Sebagai sebuah seri baru, 343 Industries memang membawa arah baru dengan memperkenalkan Prometheans dan Forerunners yang selama ini hanya menjadi “legenda” dan “latar belakang” di balik franchise HALO. Tidak hanya menjadikan mereka sebagai sasaran utama, HALO 4 juga menciptakan pondasi cerita akan kelahiran Chief, alasan eksistensi Forerunners dan konfliknya dengan UNSC, teknologi di balik HALO, dan membuka beragam misteri yang selama ini tidak pernah terungkapkan lewat novel dan filmnya.

Takdir apakah yang sebenarnya menanti Master Chief? Siapa pula Frorerunners yang menamakan dirinya – The Librarian ini?

Is that………Earth?

Apa pula ras The Prometheans yang berdiri di bekang The Didact ini? Apa hubungan mereka dengan The Forerunners?

Apa yang sebenarnya mendiami Requiem? Mengapa para Convenant tertarik dengan planet yang satu ini? Apa yang direncanakan oleh The Didact? Mampukah Cortana selamat dari penurunan kemampuannya sebagai AI? Takdir apa yang menanti Master Chief? Semua pertanyaan ini akan terjawab dengan jelas ketika Anda memainkan dan menyelesaikan HALO 4 ini.

Pengalaman Serupa dengan Setting Baru!


Anda masih akan merasakan atmosfer gameplay HALO klasik yang kental di seri terbaru ini. Objektinya sendiri masih sama, dimana Anda tetap bertempur dengan setiap senjata yang ada sekaligus memastikan diri selamat.
Sebagai sebuah game FPS dan membawa nama besar HALO di belakangnya, 343 Industries memang tidak memiliki banyak opsi untuk menghadirkan inovasi yang signifikan di sisi gameplay. Namun secara kosmetik, Anda bisa melihat perubahan yang signifikan darinya. Anda akan melihat setting dunia yang lebih baik di segi detail, dengan beragam efek lighting yang memanjakan mata. Desain karakter juga berubah dari kedua sisi, baik sang protagonis – Master Chief dan Cortana, ataupun para musuh yang akan hadapai di sepanjang seri ini. Dari segi inilah, Anda akan merasakan perubahan yang signifikan, apalagi ketika Anda menjelajahi luasnya Requiem yang misterius.

The beautiful “Requiem”

Salah satu yang perbedaan signifikan yang dapat Anda perhatikan sejak awal permainan adalah pada desain karakter yang ada, baik dari sisi protagonis maupun antagonisnya sendiri.
Dari sisi gameplay? Hampir tidak ada yang berbeda. Anda tetap akan memerankan sang Spartan yang luar biasa – Master Chief, yang secara mengagumkan mampu beradaptasi dalam berbagai situasi yang dihadapkan padanya. Inti permainan sendiri masih sama, membunuh setiap alien yang Anda temukan di depan mata, berganti senjata sesering mungkin, dan memastikan diri Anda untuk berlindung setiap kali shield Anda habis karena tembakan para musuh. Namun dengan plot yang baru dan fokus cerita pada Forerunners dan Prometheans, HALO 4 membutuhkan strategi baru untuk diselesaikan, tidak seperti konflik yang Anda temukan di seri-seri sebelumnya. Karena Anda harus berhadapan dengan musuh-musuh baru yang tidak pernah hadir di semesta ini sebelumnya.
Para Convenant memang masih akan hadir di seri ini, datang dengan karakteristik, senjata, dan kelemahan yang tidak banyak berbeda. Satu hal yang harus Anda perhatikan saat ini adalah Prometheans yang muncul sebagai ras baru yang akan mengganggu perjalanan Anda. Berbeda dengan sebagian besar Convenant yang hanya mengandalkan shieldnya untuk bertahan, Prometheans jauh lebih cerdas dengan kemampuan yang lebih unik pula., khususnya kelas yang akan sering Anda temui – Knights. Selain shield, Knights juga mengandalkan kemampuannya untuk melakukan teleport ketika berada dalam posisi terancam dan kritis. Cara terbaik untuk mengalahkannya adalah dengan melakukan reload senjata Anda terlebih dahulu, memastikan magazine dalam keadaan paling penuh, dan langsung meluncurkan semua peluru tersebut ke arah Knights, memastikan ia hancur sebelum melakukan teleport.

Salah satu musuh baru yang pantas untuk diwaspadai tentu saja adalah Knights dari Prometheans. Berbeda dengan Convenant yang mengandalkan shield, Knights mengandalkan teleport untuk kabur dari situasi yang berbahaya. Oleh karena itu, ia butuh strategi yang berbeda untuk ditaklukkan.

Dibandingkan dengan senjata para Convenant, senjata Prometheans memang terlihat lebih futuristik. Berbeda dengan senjata Convenant yang mengharuskan Anda untuk membuang senjata yang sudah habis, senjata Prometheans tidak berbeda dengan senjata UNSC, yang dapat diisi ulang. ini berarti Anda dapat “menyimpan” senjata favorit Anda.
Knights memang memberikan ancaman yang paling besar di antara semua Prometheans yang ada. Selain kemampuan teleportasi yang selalu ia lakukan setiap kali terancam, Knights juga meluncurkan beberapa perlengkapan lain dari tubuhnya, baik untuk menyerang maupun melindungi diri. Ada sentry yang dapat ia bentuk untuk membidik Anda secara otomatis dengan meluncurkan laser. Ia juga dapat meluncurkan sebuah pesawat kecil yang mampu berperan sebagai shield ketika dibutuhkan. Pesawat ini juga menghidupkan kembali “sang tuan” walaupun sudah hancur berantakan sekalipun. Oleh karean itu, menjadi tindakan yang lebih bijak untuk menghancurkan ini terlebih dahulu sebelum berburu Knights yang Anda inginkan.
Kehadiran varian maupun ras baru di sisi musuh, selalu berarti lebih banyak senjata baru yang dapat digunakan oleh Master Chief di setiap seri HALO, termasuk HALO 4. Jangan takut bahwa jagoan Spartan andalan ini akan kagok dengan senjata yang baru pertama kali ia temui. Secara menakjubkan, Anda dapat langsung mengambil setiap senjata ini dan menggunakannya. Hampir serupa dengan senjata para Convenant, senjata yang dibawa oleh Prometheans ini juga dibagi ke dalam beberapa kelas, yang dapat dibedakan dari cara peluru meluncur dan cara reload. Namun berbeda dengan senjata Convenant yang harus Anda buang ketika habis, senjata Promotheans tidak jauh berbeda dengan senjata-senjata UNSC. Ini berarti Anda bisa memungut setiap peluru yang ada dan menggunakan senjata yang sama secara berulang-ulang.

Kill all the Prometheans!

Chief masih akan dibekali dengan beberapa skill spesial yang bisa ia dapatkan di sepanjang permainan. Tidak hanya sekedar cloak, clone, atau shield, Chief juga akan mendapatkan jetpack untuk berpindah tempat dengan cepat.
Beberapa kekuatan baru juga bisa Anda sematkan untuk Chief di sepanjang permainan, dan sebagian besar bisa didapatkan di sepanjang pertempuran. Tidak hanya kemampuan untuk menciptakan shield atau menciptakan clone untuk menipu musuh, pertarungan dengan musuh baru – Prometheans tentu saja memaksa Chief untuk menerapkan teknologi yang jauh lebih praktis. Anda kini juga dapat membangun auto-sentry layaknya Knights yang Anda temui, atau menggunakan Jetpack untuk mencapai berbagai tempat tinggi secara instan. Sebuah fitur yang tentu saja memunculkan atmosfer baru di petualangan Master Chief kali ini.

Enjoy the New Rides!


Salah satu kendaraan yang sudah lama didambakan untuk dikendarai oleh para penggemar HALO – Pelican!
Apa yang membedakan HALO dibandingkan dengan game-game FPS kompetitor yang lain, selain sisi cerita dan tema yang diusung oleh franchise eksklusif Microsoft yang satu ini? Jawabannya ada pada sisi gameplay-nya yang terhitung sangat dinamis. Daripada terpaku pada satu cara penyelesaian misi, HALO selalu membuka kesempatan bagi gamer untuk menjajal semua cara yang mereka pikir akan efektif untuk menyelesaikan setiap ancaman yang ada. Ini berarti tidak hanya sekedar berganti-ganti senjata sebebas yang Anda inginkan, tetapi juga memanfaatkan setiap kendaraan yang tersedia di area, baik darat maupun aerial. Anda bisa mencari kendaraan yang tersedia ataupun melakukan sabotase dan mencuri kendaraan yang sedang digunakan oleh para Convenant.

Lima tahun tampaknya menjadi waktu yang cukup bagi UNSC untuk mengembangkan beragam perlengkapan militer baru yang lebih canggih, termasuk juga kendaraan militer mereka. Perkenalkan MANTIS, sebuah mecha bipedal dengan segudang senjata yang destruktif.

Lupakan Elephant. Please welcome, the biggest  ground vehicle in Halo Universe so far – MAMMOTH.

Sayangnya, Anda tidak bisa mengendalikan si Mammoth secara keseluruhan. Anda hanya bertindak sebagai “penumpang” sekaligus juga pengoperasi turret rudal di atasnya.

Anda masih akan menemukan beberapa kendaraan perang yang tentu tidak asing lagi di mata para penggemar HALO. Masih ada Warthog, Scorpion Tank, Pelican, Ghost, dan Banshee yang tentu saja efektif untuk menghancurkan para alien yang datang dengan jumlah yang besar. Namun, UNSC tampaknya sudah bersiap untuk kemungkinan terburuk setelah ancaman kepunahan yang sempat mereka rasakan dalam beberapa seri terakhir ini. Benar sekali, mereka datang dengan segudang kendaraan baru yang jauh lebih menarik dan destruktif untuk seri keempat ini. Ancaman baru yang datang dari pada Prometheans tentu saja memaksa Chief untuk memperkuat barisan pertahanan. Ada Mantis, sebuah mecha bipedal yang diperkuat dengan roket dan senapan mesin yang katastropik. Anda juga akan menemukan kendaraan baru yang super masif – MAMMOTH yang jauh lebih besar daripada kendaraan bertipe sama yang sempat Anda temukan di HALO 3 – Elephant. Walaupun tidak dapat Anda gunakan secara langsung, namun kehadiran Mammoth mampu menciptakan kesan perang yang jauh lebih masif dan menegangkan untuk seri keempat ini. Luar biasa!

Kesimpulan


Tangan dingin 343 Industries telah membuktikan bahwa umur Master Chief masih cukup panjang untuk membawa Microsoft meraih masa-masa kejayaan kembali. HALO 4 adalah sebuah pembuka yang manis, untuk sebuah arah trilogi baru yang berusaha dibangun oleh Microsoft
Rasa takut bahwa 343 Industries tidak akan mampu melakukan tugas beratnya untuk menghidupkan kembali franchise HALO ke jagat industri game seolah sirna begitu saja. Lewat HALO 4, mereka berhasil membuktikan kemampuan mereka untuk menciptakan sebuah seri yang begitu memesona dan mengagumkan, dengan kualitas yang tidak kalah dengan HALO yang dikembangkan oleh Bungie Studios selama ini. Membangkitkan kembali Master Chief yang selama ini sudah disimpulkan tewas di pertempuran terakhirnya, 343 Industries berhasil menyuntikkan sebuah pondasi cerita yang solid untuk sebuah trilogi yang baru bagi Chief. Dunia baru yang direpresentasikan oleh Requiem, kebangkitan kembali The Forerunners, dan “kisah drama” dengan Cortana membuat seri ini begitu mengagumkan, cukup untuk memuaskan rasa penasaran para gamer XBOX 360, terutama mereka yang sudah mengikuti seri HALO sejak awal.
Apakah game ini lantas datang tanpa kekurangan? Ada dua hal yang cukup kami sayangkan sebagai gamer yang sudah mengikuti sepak terjang HALO sejak awal. Pertama, ada pada soundtrack dan theme song-nya yang tidak lagi sekuat dan sedramatis seri-seri sebelumnya. Ada kerinduan yang mendalam untuk “mencicipi” theme song itu kembali, dan sayangnya, Anda tidak akan mendapatkannya di sepanjang permainan. Kelemahan yang lain? Bahwa Chief ternyata tidak dibekali dengan kemampuan untuk melakukan dual-wielding, sebuah fitur yang menurut kami, seharusnya ditambahkan di seri ini. Pada akhirnya, Anda akan terjebak pada “gaya” FPS konvensional. Sebuah potensi yang lenyap begitu saja tanpa dimanfaatkan oleh 343 Industries.
Namun terlepas dari kekurangan ini, HALO 4 adalah sebuah seri yang mengagumkan dan harus dijajal oleh para pemilik XBOX 360, apalagi Anda yang sudah mengikuti franchise ini sejak awal. Tangan dingin 343 Industries telah membuktikan bahwa umur Master Chief masih cukup panjang untuk membawa Microsoft meraih masa-masa kejayaan kembali. HALO 4 adalah sebuah pembuka yang manis, untuk sebuah arah trilogi baru yang berusaha dibangun oleh Microsoft. Welcome back, Chief!

Kelebihan


Desain baru Master Chief yang apik!
  • Visualisasi yang memesona
  • Plot yang patut diacungi jempol
  • Desain karakter apik
  • Gameplay yang tetap datang dengan identitas HALO
  • Beragam kendaraan baru yang keren

Kekurangan


Sayangnya, tidak ada fitur dual-wielding di seri terbaru ini! Why?!
  • Tidak ada fitur dual-wielding
  • Theme song baru yang kurang dramatis
Cocok untuk gamer: penggemar game FPS, pemilik XBOX 360, gamer yang sudah mengikuti franchise HALO sejak awal.


Source : http://jagatplay.com

Selasa, 14 Januari 2014

Review AMD Kaveri A10-7850K & A10-7700K: APU Masa Depan

KAVERI


Salah satu produk yang sangat ditunggu dari AMD, APU Kaveri, akhirnya hadir di awal tahun 2014 ini! Kaveri merupakan APU generasi terbaru, tepatnya generasi keempat, dari AMD. Kaveri menjadi pemegang tongkat estafet yang melanjutkan perjuangan generasi APU sebelumnya, yaitu Llano, Trinity, dan Richland yang hadir terlebih dahulu.
Sebagai generasi APU terbaru dari AMD, Kaveri tentunya memiliki berbagai teknologi terbaru dari generasi sebelumnya yang pastinya membawa berbagai keunggulan untuk APU tersebut. Anda bisa melihat berbagai teknologi baru dalam Kaveri di artikel “Teknologi AMD Kaveri: Perbedaan dan Peningkatan” yang telah kami luncurkan beberapa waktu lalu. APU ini tentunya juga memiliki perbedaan dari segi performa dari generasi sebelumnya karena penggunaan arsitektur baru. Oleh karena itu, salah satu pertanyaan yang muncul adalah bagaimana performa APU ini bila dibandingkan dengan APU dari generasi sebelumnya.
Kami cukup beruntung bisa mendapatkan APU Kaveri ini, yaitu A10-7850K dan A10-7700K, sebelum perilisan resmi dari produk tersebut. Hal itu membuat kami bisa menyuguhkan artikel review ini kepada Anda, pembaca setia JagatReview! Tanpa basa-basi lagi, inilah dia APU Kaveri!

Gallery

Seperti yang pernah kami bahas sebelumnya, Kaveri dilengkapi dengan HSF Aluminium khas APU AMD. Saran kami jika Anda membeli prosesor ini: langsung ganti HSFnya!

Spesifikasi: A10-7850K & A10-7700K

amd apu kaveri spec fix
Berikut ini informasi CPU-Z dari AMD Kaveri:
amd a10-7850k
AMD A10-7850K dilengkapi unit CPU quad-core dengan clockspeed default sebesar 3,7 GHz dengan maksimum Turbo Core clock speed 4 GHz. Perlu diketahui bahwa 4Ghz ini hanya akan tercapai pada loading single-thread yang ringan, sedangkan pada 4 Core load anda akan mendapat clock turbo sekitar 3.8Ghz hingga 3.9Ghz. Sebagai tambahan, Radeon R7 Graphics pada A10-7850K memiliki 512 Stream Processor dengan 32 Texture Units dan bekerja pada clock speed 720 MHz.
amd a10-7700k
AMD A10-7700K dilengkapi unit CPU quad-core dengan base clock speed sebesar 3.4 GHz dengan maksimum Turbo Core clock speed 3.8 GHz (satu thread load), sedangkan pada 4-Core load, anda akan mendapat 3.6Ghz hingga 3.7Ghz. Radeon R7 Graphics pada A10-7700K memiliki 384 Stream Processor dengan 24 Texture Units dan bekerja pada clock speed 720 MHz.

Compute Cores: Jangan Salah Paham

DSC05753ss
Kiri: 10 Compute Cores untuk A10-7700K (4 CPU + 6 GPU), Kanan: 12 Compute Core untuk A10-7850K (4 CPU + 8 GPU)
Sebuah catatan yang kami rasa penting untuk dibahas adalah mengenai tulisan Compute Cores yang ada di box AMD Kaveri, dimana AMD menulis 10 Compute Cores untuk A10-7700K, dan 12 Compute Cores untuk AMD A10-7850K. Bagi pengguna awam, ini bisa menjadi awal dari sebuah kesalahpahaman yang membuat mereka berpikir bahwa mereka memiliki jumlah inti CPU lebih dari 10! Disini, 12 atau 10 Compute Cores itu bisa beroperasi bersamaan hanya jika aplikasi yang anda gunakan dapat menggunakan semua Compute Unit pada CPU dan GPU (misalnya: OpenCL-accelerated Application).
Namun, jika anda hanya menggunakan software umum(non-accelerated) yang tidak mengenali compute cores pada GPU, makaAnda hanya akan memiliki 4 (empat) CPU core yang bisa digunakan.

Testbed

DSC05748ss
Berikut ini Hardware dan software yang kami gunakan untuk testing
  • CPU: AMD A10-7850K ‘Kaveri’ & AMD A10-7700K ‘Kaveri’
  • Mainboard: ASUS A88X-PRO
A88X-Pro-FM2+

  • RAM: G.Skill TridentX DDR3-2400C10 2x4GB (running at DDR3-2133 CL10-12-12-31 2T)
TridentX
  • GPU: Integrated AMD Radeon R7-series
  • SSD: Kingston HyperX 3K 120GB
  • CPU Cooler : Noctua NH-C14
  • PSU: Corsair AX850W
  • OS : Windows 8.1
Pembanding I: AMD A10-6800K ‘Richland’
  • CPU: AMD A10-6800K ‘Richland’
  • Mainboard: ASUS A88X-PRO
  • RAM: G.Skill TridentX DDR3-2400C10 2x4GB (running at DDR3-2133 CL10-12-12-31 2T)
  • GPU: Integrated AMD Radeon 8670D
  • SSD: Kingston HyperX 3K 120GB
  • CPU Cooler: Noctua NH-C14
  • PSU: Corsair AX850W
  • OS : Windows 8.1
Pembanding II:
  • CPU: Intel Core i5-4430 ‘Haswell’
  • Mainboard: ASUS Z87 GRYPHON
  • RAM: G.Skill TridentX DDR3-2400C10 2x4GB (running at DDR3-2133 CL10-12-12-31 2T)
  • GPU: Integrated Intel HD Graphics 4600
  • SSD: Kingston HyperX 3K 120GB
  • CPU Cooler: Noctua NH-C14
  • PSU: Corsair AX850W
  • OS : Windows 8.1
Mengenai konfigurasi hardware/software yang digunakan kali ini, ada beberapa hal yang kami rasa harus di-highlight:

Penggunaan HSF Noctua NH-C14(dan bukan stock HSF)

Berdasarkan pengujian singkat kami dengan stock HSF, suhu AMD APU Kaveri berada pada kisaran yang cukup tinggi(di sensor BIOS terdeteksi sekitar 57 C). Maka dari itu, untuk menjaga suhu kerja dan juga memastikan bahwa prosesor ini tidak terhalang masalah suhu, kami mengganti pendinginnya menjadi Noctua NH-C14(hal yang sama dengan kedua sistem pembanding lainnya)Bagi anda yang penasaran akan pengujian dengan Stock HSF, jangan khawatir, kami akan lakukan pengujian tersebut di lain waktu dengan data-data lebih lengkap.

Penggunaan Windows 8.1 Pro 64-bit

Pada saat pengujian berlangsung, kami merasa jenis  sistem operasi yang digunakan cukup memiliki banyak pengaruh, misalnya saja pengujian konsumsi daya. Belum lagi driver Catalyst 13.30 RC2 yang kami terima dinyatakan dioptimalkan untuk Windows 8.1. Untuk membuat semua sistem berfungsi dengan optimal, kami memilih untuk menggunakan OS Win8.1.

Pemilihan CPU Pembanding

Untuk prosesor yang dibandingkan, kami menghadirkan AMD A10-6800K ‘Richland’ yang merupakan APU generasi sebelumnya. Perbandingan performa dengan APU generasi sebelumnya ini dirasa perlu untuk membandingkan seberapa jauh APU generasi ke-4 Kaveri unggul dari pendahulunya. Kemudian, sebagai pembanding dari sisi ‘biru’, kami menyertakan Intel Core i5-4430 ‘Haswell’. Perbandingan ini dilakukan dengan alasan harga. Pada saat artikel ini dirilis, kedua prosesor memiliki harga yang mirip, ini yang membuat kami memilihnya sebagai pembanding.

Penggunaan Memori berkecepatan DDR3-2133Mhz

Seperti yang sudah kami utarakan pada artikel ‘Tips memilih memori untuk AMD Kaveri’, kami merasa penggunaan DDR3-2133Mhz cukup krusial untuk mendapat performa optimal dari seluruh sistem yang diuji. Timing yang kami gunakan adalah timing XMP dari memori-nya, yakni 10-12-12-31 2T (CAS-TRCD-TRP-TRAS-CMD)

Ruang Lingkup dan Metoda Pengujian

AMD APU Kaveri merupakan sebuah prosesor dengan desain yang sama sekali baru. Proses fabrikasi dari CPU ini menggunakan 28nm, dan juga menggunakan arsitektur AMD yang baru yakni ‘Steamroller’. Karena itu, banyak sekali hal yang harus dikaji dari prosesor yang satu ini. Meskipun demikian, kami dari JagatReview berusaha menyajikan serangkaian pengujian yang komprehensif dari APU Kaveri. Pengujian kami pada artikel kali ini akan meliputi:
  • IPC(instruction-per-clock) Testing, Dhrystone / Whetstone CPU Performance
  • CPU Performance Test (Synthetic & Real-life Apps)
  • IGP Performance Test (Gaming)
  • Compute Performance
  • Konsumsi Daya
  • Overclocking singkat
Sebagai tambahan, kami akan melakukan beberapa pengujian lain yang lebih mendalam seperti pengujian temperatur pada stock HSF, Overclocking APU (Daily 24/7 Overclocking & Extreme Overclocking), dan pembahasan performa gaming dengan jenis game yang lebih beragam serta pengujian performa gaming dengan kartu grafis diskrit akan kami bahas pada artikel terpisah di waktu mendatang. Begitu juga dengan pemanfaatan fitur-fitur ekstra seperti Mantle, AMD TrueAudio, dan juga implementasi HSA, akan dibahas lebih lanjut saat aplikasi yang bersangkutan bisa didapat secara luas.
Perlu diketahui juga, di semua pengujian, kecuali diberi keterangan khusus, kami akan menggunakan konfigurasi clock default out-of-the-box untuk memastikan bahwa hasil pengujian kami sesuai dengan apa yang dirasakan pengguna.
Nah, mari mulai petualangan kita dengan AMD Kaveri APU!

IPC

IPC, atau instructions-per-clock/instructions-per-cycle adalah salah satu parameter performa prosesor yang kita miliki. Umumnya, makin tinggi IPC akan memberi performa lebih baik pada clock yang sama. AMD Kaveri APU menggunakan jenis core ‘Steamroller’, yang disinyalir memiliki IPC lebih baik dari core AMD generasi sebelumnya, “Piledriver’.
Sayangnya, AMD Kaveri A10-7850K  memiliki clockspeed yang lebih rendah dari A10-6800K, sehingga peningkatan IPC dari Piledriver ke Steamroller tidak terlalu terasa. Untuk melihat apakah AMD benar-benar meningkatkan IPC pada steamroller, kami membandingkan kedua prosesor tersebut pada clockspeed yang sama yakni 4.3Ghz(dengan semua turbo dan power saving dimatikan). Benchmark yang kami uji adalah SiSoft SANDRA 2014 CPU Arithmetic Test(Dhrystone/Whetstone) dan kemudian testCinebench R11.5(single & Multi Core).
Berikut hasilnya:

IPC Test : SiSoft SANDRA 2014 CPU Dhrystone/Whetstone

IPC_Dhrystone
IPC_Whetstone
Dhrystone dan Whetstone adalah sebuah algoritma benchmark sintetik yang sudah cukup lama beredar di dunia komputer, Dhrystone menguji kemampuan Integer pada CPU(Integer Performance)-diukur dengan Giga Instructions per Second(GIPS), sedangkan Whetstone menguji floating-point performance, diukur dengan Floating Point Operations per second(FLOPS). Terlihat pada kedua benchmark diatas, AMD Steamroller architecture pada Kaveri memiliki keunggulan yang luar biasa pada integer performance (unggul hampir 70 % dari pendahulunya), sedangkan hanya unggul tipis pada Floating Point performance.

IPC Test: Cinebench R11.5

IPC_CinebenchR115
IPC_CinebenchR115_Multi

Berikutnya, pengujian dengan benchmark Cinebench R11.5 kembali membuktikan bahwa Steamroller core yang dimiliki Kaveri memiliki performance-per-clock lebih baik dari Piledriver core.
IPC_CinebenchR115_MPRATIO
Namun yang lebih menarik adalah peningkatan performa dari single-core ke 4-core yang lebih tinggi, dan ini sedikit banyaknya memberi informasi kepada kita kalau core Steamroller memiliki performa multithreading yang lebih baik dibanding Piledriver saat semua core-nya diload.

Baik, berikutnya kita akan menuju ke Uji performa sintetik (dengan keadaan default tentunya)

Uji Performa – Synthetic Benchmark – Part 1

Synthetic Benchmark, atau benchmark sintetik, adalah program yang diciptakan secara khusus untuk menguji komponen PC pada aspek-aspek tertentu. Namun perlu diingat, benchmark sintetik adalah ‘simulasi’ dari aplikasi/program yang kita jalankan pada kehidupan sehari-hari, sehingga bisa saja ada perbedaan performa antara benchmark sintetik dengan aplikasi ‘real-life’.

AIDA64 4.00 Memory Benchmark - Memory Bandwidth

Aplikasi AIDA64 (dahulu bernama Everest) sangat popular di kalangan tester/reviewer untuk menguji performa memori mereka, ini disebabkan karena aplikasi tersebut memang sangat dipengaruhi performa subsistem memori, antara lain frekuensi kerja memori, frekuensi memory controller pada sistem, dan juga latency dari memori yang digunakan.
amd apu kaveri result aida64 memory read fix
amd apu kaveri result aida64 memory write fix
amd apu kaveri result aida64 memory copy fix
Terlihat dari hasil pengujian diatas, Kedua buah Kaveri memiliki write dan copy bandwidth sedikit lebih optimal dari A10-6800K, dan ekstra bandwidth ini tentunya sangat dibutuhkan Kaveri untuk beroperasi dengan optimal. Sistem Intel memiliki memory bandwidth yang jauh lebih tinggi dari semua sistem lainnya disini.

AIDA64 4.00 CPU Queen

chessqueen

AIDA64 CPU Queen merupakan sebuah benchmark sintetik yang menguji integer performance pada CPU. Benchmark ini difokuskan juga untuk menguji kemampuan branch prediction dari Prosesor yang diuji.
amd apu kaveri result aida64 cpu queen fix

Pada AIDA64 CPU Queen, A10-6800K yang memiliki clock besar bisa mengalahkan kedua buah Kaveri, sedangkan kemampuan prosesor Intel Core i5-4430 cukup jauh diatas yang lain.

AIDA 64 4.00 GPGPU

aida64_gpgpu
AIDA64 GPGPU Benchmark merupakan sebuah benchmark sintetik yang baru pada AIDA64 v4.00 untuk mengukur kemampuan GPU(baik add-on maupun IGP) dalam menangani multi-threaded OpenCL load. Kami melakukan pengukuran pada Single-Precision FLOPS.
amd apu kaveri result aida64 gpgpu fix
Pada pengujian yang satu ini, APU Kaveri A10-7850K melesat jauh meninggalkan semua pesaingnya dengan mencatatkan skor benchmark 736 GFLOPS. A10-6800K masih bisa bersaing dengan A10-7700K karena kecepatan GPunya lebih tinggi meski jumlah stream processornya sama. Intel HD Graphics 4600 menempati urutan terbawah dalam pengujian ini.

LuxMark v2.0

LuxMark
LuxMark v2.0 merupakan sebuah benchmark yang menguji kemampuan sistem (CPU dan GPU) untuk me-render sebuah gambar 3D dengan akselerasi OpenCL. LuxMark dapat menguji OpenCL yang dijalankan pada GPU, dan juga GPU. Kami menjalankan Medium(sala) Benchmark, dengan konfigurasi CPU+GPU OpenCL untuk menguji kemampuan compute total dari prosesor yang kami uji.
amd apu kaveri result luxmark fix
Kemampuan processing OpenCL pada GPU Intel relatif rendah, namun ketika CPU Core i5-4430 diaktifkan untuk menjalankan OpenCL juga, si i5-4430 bisa memberikan compute performance yang baik dengan sedikit mengungguli A10-7700K. Meski demikian, kemampuan 12 Compute Cores(8 GPU, 4 CPU) dari A10-7850K membuatnya melesat meninggalkan semua pembandingnya.

Cinebench R11.5 – CPU Single Core & Multicore

Cinebench R11.5 merupakan aplikasi pengujian untuk mengukur kinerja prosesor dalam me-render sebuah scene 3D. Hasil pengujian disajikan dalam bentuk skor, semakin tinggi skor yang dihasilkan, semakin baik.
amd apu kaveri result cinebenchr115 01
amd apu kaveri result cinebenchr115 02

Cinebench R15 – CPU Single Core & Multicore

cinebench_r15
Sama dengan Cinebench R11.5, Cinebench R15   mengukur kinerja prosesor dalam me-render sebuah scene 3D yang lebih kompleks. semakin tinggi skor yang dihasilkan, semakin baik.
amd apu kaveri result cinebenchr15 01
amd apu kaveri result cinebenchr15 02

Pada kedua buah Cinebench, kami mendapati bahwa meski clockspeed A10-6800K lebih tinggi, namun performanya mampu dikejar ketat oleh A10-7850K. Pada pengujian Cinebench, Intel Core i5-4430 unggul dari semuanya.

3DMark Fire Strike – Default Preset

3DMark Fire Strike merupakan benchmark 3D terbaru yang mulai menjadi favorit dikalangan power user dan enthusiast. Preset Fire Strike dan Fire Strike Extreme pada benchmark ini berbasis API DirectX 11 dan sangat cocok digunakan untuk mengukur kemampuan sistem kelas atas.
amd apu kaveri result 3dmfs

Pada pengujian yang menitik-beratkan pada performa GPU di API DX11 ini, A10-7850K menunjukkan taringnya. Ia unggul lebih dari 30% dibanding A10-6800K. A10-7700K yang memiliki jumlah SP sama dengan A10-6800K masih mendapat keunggulan. Nampaknya arsitektur GCN yang diusung GPU R7 di Kaveri membawa mereka untuk mendominasi pengujian ini.

PCMark 8 – Home

PCMark8
PCMark 8 adalah sebuah benchmark suite yang dibuat oleh Futuremark untuk mengukur kinerja sebuah sistem PC, dengan cara mensimulasikan beberapa workload tertentu yang umum digunakan pengguna, misalnya saja web browsingcasual gaming, dan photo editing, lalu ditampilkan dalam bentuk skor(lebih tinggi lebih baik). Di PCMark 8, kami menjalankan Home, Creative,dan Work Preset-nya. Perlu diketahui bahwa benchmark ini memiliki pilihan untuk menjalankan benchmark dalam keadaan ‘biasa’, maupun ‘Accelerated’(dengan OpenCL Acceleration)
amd apu kaveri result pcmark8 home 01
amd apu kaveri result pcmark8 home 02

PCMark 8 – Creative
amd apu kaveri result pcmark8 creative 01
amd apu kaveri result pcmark8 creative 02

PCMark 8 – Work
amd apu kaveri result pcmark8 work 01
amd apu kaveri result pcmark8 work 02

Pengujian PCMark 8 menunjukkan hasil yang cukup jelas, dalam keadaan normal(non-accelerated), Intel Core i5-4430 merajai semua pengujian. Namun pada saat akselerasi dihidupkan, GPU dari kedua AMD Kaveri membantunya untuk mendapat performance boost yang signifikan, dan membuat A10-7850K selalu unggul dalam pengujian berskenario Accelerated.
Berikutnya, Performa CPU di Real-life application!

Uji Performa – Real-life Application

Nilai tinggi pada benchmark sintetis tidak cukup untuk menunjukkan performa dari sebuah sistem. Oleh karena itu, kami sudah menyiapkan beberapa custom benchmark dengan menggunakan aplikasi yang biasa Anda temui sehari-hari.
3D Rendering – Blender 2.69
Blender merupakan aplikasi “open source” untuk 3D-modelling. Kami menguji kinerja prosesor dalam merender objek 3D di aplikasi ini. Hasil pengujian disajikan dalam satuan waktu. Semakin sedikit waktu yang dibutuhkan, semakin baik.
amd apu kaveri result blender fix


Office Application – Excel 2010 Monte-carlo simulation
Anda tentu tidak asing dengan aplikasi spreadsheet buatan Microsoft ini. Kami menguji kinerja prosesor dalam menjalankan “Monte Carlo Simulation Table” di aplikasi ini. Hasil pengujian disajikan dalam satuan waktu. Semakin sedikit waktu yang dibutuhkan, semakin baik.
amd apu kaveri result excel 2010 fix


Audio Encode – iTunes 11.4
Use-iTunes-to-Encode-MP3-Files-Step-9
Siapa yang tak kenal software satu ini? Walau diperuntukan bagi mereka yang menggunakan produk Apple, bukan berarti pengguna lainnya tak dapat memanfaatkannya. Software yang satu ini memang merupakan salah satu pilihan popular dalam hal manajemen file music. Tampilannya yang interaktif membuatnya menjadi pilihan banyak pengguna. Salah satu operasi yang sering dilakukan oleh iTunes adalah merubah dari satu format lagu ke format lainnya, atau melakukan CD-Audio Import dan menyimpannya pada format yang terkompresi melalui proses encoding. Operasi encoding ini memanfaatkan kinerja single thread dari prosesor. Inilah yang membuat software ini menjadi salah satu acuan kinerja prosesor single thread dalam kondisi nyata.
amd apu kaveri result itunes fix
File Compression – 7zip 9.20
7Zip merupakan aplikasi kompresi file ke format 7z. Aplikasi ini mampu menggunakan multiple core sehingga menjadi aplikasi yang cocok untuk mengukur kinerja dari core per core dari prosesor. Hasil pengujian disajikan dalam satuan waktu. Semakin sedikit waktu yang dibutuhkan, semakin baik.
amd apu kaveri result 7zip 01
amd apu kaveri result 7zip 02
Image Editing – Photoshop CC x64
PS_CC
Photoshop CC merupakan aplikasi manipulasi gambar versi terbaru dari Adobe. Kami masih menguji menggunakan Action bernama Photoshop Speed Test yang telah sedikit kami modifikasi untuk lebih mencerminkan operasi-operasi yang biasa dilakukan apabila bekerja dengan Photoshop. catatan: Meski GPU Acceleration dihidupkan by default, namun ini tidak terlalu mempengaruhi hasil pengujian karena semua operasi yang kami uji tidak menggunakan akselerasi GPU.
amd apu kaveri result photoshop fix
Image Editing – Musemage
Musemage

Sama halnya dengan Photoshop, Musemage adalah sebuah image editing tool. Yang unik dari Musemage adalah dukungan untuk akselerasi GPU yang akan mempercepat pemrosesan filter/effect yang anda gunakan. Musemage bahkan memberikan benchmark terintegrasi untuk menguji seberapa cepat sistem anda.
amd apu kaveri result musemage fix
Mengingat benchmark mengandalkan performa komputasi dari GPU, disini AMD Kaveri A10-7850K dan A10-7700K memiliki performa terbaik, disusul oleh A10-6800K di posisi ketiga.
Video Transcode – Handbrake 0.9.9
handbrake
Handbrake merupakan salah satu software transcoding gratis yang cukup popular. Program ini mampu memanfaatkan multiple thread dan sangat “senang” dengan clock prosesor yang tinggi. Ini membuatnya program yang ideal untuk menguji “kekuatan” sebuah prosesor. Disini kami mengubah sebuah Video beresolusi 4K(3840×2160) berukuran 266MB ke preset Ipad 720p pada Handbrake
amd apu kaveri result handbrake fix

Pada operasi video transcoding yang memanfaatkan performa CPU ini, CPU Intel Core i5-4430 unggul, lalu disusul A10-7850K. Meski A10-7850K dan A10-7700K memiliki clock lebih rendah dari 6800K, namun IPC yang meningkat menjadikan mereka berdua bisa mengungguli APU Richland.
Video Transcode – Adobe Media Encoder CC
MediaEncoderCC

Pada pengujian ini, kami memanfaatkan Adobe Media Encoder CC untuk melakukan export video dari sebuah sequence berisikan serangkaian Video 4K, lalu mengubahnya ke format 720p Android 29.97 FPS. Salah satu keunggulan Adobe Media Encoder CC adalah dukungan akselerasi OpenCL.
amd apu kaveri result media encoder 01
amd apu kaveri result media encoder 02

Pada pengujian export+encode video dengan hanya CPU,  Intel Core i5-4430 mendapat hasil paling kencang. Sebaliknya pada saat operasi tersebut diakselerasi oleh GPU lewat OpenCL, Intel Core i5-4430 mendapat hasil lebih buruk dari pencapaian waktu CPU-nya, sedangkan AMD Kaveri A10-7850K dan A10-7700K mendapat kenaikan yang signifikan. A10-6800K nampaknya mengalami masalah dengan operasi OpenCL ini sehingga waktu penyelesaiannya melar menjadi 9 menit-an.

Berikutnya: Performa Gaming dengan IGP!

Uji Performa: Gaming dengan IGP

Saatnya pengujian kemampuan gaming dari grafis terintegrasi dimulai. Perlu diingat, meski yang kami uji adalah IGP, namun kami akan tetap menggunakan tingkat detail setidaknya medium(kecuali pada Crysis 3). Semua game diuji dengan 3(tiga) resolusi, 1280×720, 1360×768, dan 1920×1080.
Bioshock Infinite
Banyak disanjung sebagai salah satu game terbaik tahun ini, Bioshock Infinite merupakan sebuah FPS yang berlatar belakang dunia di awan bernama Colombia dengan tujuan menyelamatkan seorang wanita bernama Elizabeth, Anda akan dibawa melalui petualangan yang seru dan plot twist yang berliku-liku. Game ini sendiri menggunakan salah satu engine paling popular yaitu Unreal Engine 3, yang juga digunakan pada game seperti Batman Arkham City, Gears Of War dan Borderland. Kami menggunakan preset Medium, yang berarti game ini akan berjalan pada DirectX 10.
amd apu kaveri result bioshock 03
amd apu kaveri result bioshock 02
amd apu kaveri result bioshock 01


GRID 2
Grid2
GRID 2, salah satu racing game popular, kami gunakan karena game ini bisa membebani GPU kelas atas sekalipun. Preset setting yang kami gunakan adalah 4x MSAA, Preset HIGH.

amd apu kaveri result grid2 03
amd apu kaveri result grid2 02
amd apu kaveri result grid2 01


StarCraft 2
SC2
Starcraft 2 adalah game RTS yang sangat adiktif dan terkenal di kalangan PC gamer.Selain membebani GPU, game berbasis DX9 ini ini cukup membebani CPU dan RAM. Kami menggunakan  Texture Quality High, dan Graphic Quality High untuk menjalankan sebuah custom demo yang berisi battle scene antara ras Protoss dan Zerg.

amd apu kaveri result starcraft2 03
amd apu kaveri result starcraft2 02
amd apu kaveri result starcraft2 01


Mengingat Starcraft II cukup menyukai kecepatan CPU yang tinggi, keunggulan clock dari A10-6800K terlihat disini. Meski menggunakan GPU yang lemah, kecepatan CPU yang lebih membuat performa A10-6800K dan A10-7850K menjadi kurang lebih setara.
Crysis 3
Crysis 3, dikenal sebagai salah satu game terberat saat ini, selalu menjadi acuan performa PC Gaming high-end. Kami menggunakan setting FXAA, Graphics Detail : LOW, Texture Detail : LOW
amd apu kaveri result crysis3 03
amd apu kaveri result crysis3 02
amd apu kaveri result crysis3 01

Di game yang lumayan berat ini, A10-7850K masih bisa mendapatkan 40 FPS rata-rata pada 720p, sedikit lebih unggul dari A10-7700K dan A10-6800K.
Battlefield 4
BF4

Game FPS teranyar besutan DICE ini memiliki kualitas visual yang memanjakan mata. Kami memainkan salah satu level untuk menguji performa IGP kami, dengan preset detail tingkat Medium.

amd apu kaveri result bf4 03
amd apu kaveri result bf4 02

amd apu kaveri result bf4 01

Di luar dugaan, AMD Kaveri A10-7850K masih bisa mendapat 49 FPS pada resolusi 720p, dimana A10-7700K mendapat 46 FPS.

Konsumsi Daya

Berikut ini kami mengukur konsumsi daya setiap sistem dengan power meter, pada 3 kondisi:
  1. Idle di desktop
  2. Load CPU dengan LinX 0.6.4
  3. Load CPU+GPU dengan Game GRID 2
Sebagai catatan, power management setting pada OS diset pada ‘Balanced’
amd apu kaveri result watt 01
amd apu kaveri result watt 02
amd apu kaveri result watt 03
AMD Kaveri memiliki konsumsi daya yang sangat bersahabat dibanding dengan pendahulunya. Meski ‘dibebani’ dengan IGP berperforma tinggi, konsumsi daya saat gaming load di Kaveri A10-7850K tidak pernah menyentuh angka 100W. Konsumsi daya pada gaming loadnya memang belum menyentuh Intel Core i5-4430, namun perlu diingat bahwa GPU kaveri memiliki performa seperti GPU kelas Add-on. Pada kondisi idle pun AMD Kaveri akan mengkonsumsi daya lebih rendah dibanding sistem yang lain.

Bonus: Manajemen Daya Pintar

Ada hal menarik yang kami temukan dalam pengujian AMD APU Kaveri. Berdasarkan observasi yang kami lakukan pada sistem pengujian kami, APU Kaveri memiliki mekanisme untuk menjaga konsumsi daya dengan cara menurunkan clock CPU pada aplikasi yang sangat membutuhkan GPU.
*klik untuk memperbesar*
*klik untuk memperbesar*
Anda bisa saksikan diatas, pada sebuah game yang memberi beban cukup besar pada GPU, kecepatan CPU akan langsung diturunkan secara dinamis (Pada A10-7850K diturunkan ke 3Ghz )untuk menjaga konsumsi daya. Begitu pula saat aplikasi game tersebut berada pada kondisi load yang ringan, maka clock CPU akan dinaikkan hingga batas daya maksimalnya tercapai.

Bonus: Uji Overclocking (Sangat) Singkat

Tangan kami agak sedikit ‘gatal’ untuk mencoba menaikkan kecepatan dari APU Kaveri A10-7850K. Disini kami melakukan beberapa Uji overclocking singkat untuk melihat seberapa jauh AMD APU Kaveri bisa ditingkatkan. Berbeda dengan testbed utama, motherboard yang kami gunakan disini adalah Gigabyte G1.Sniper A88X.

Overclocking CPU – 4.5Ghz

Kaveri4500_CBRs
*klik untuk memperbesar*
Dengan menggunakan setting yang relatif mudah yakni menaikkan CPU Multiplier ke 45x , mematikan semua fitur power saving dan mengaplikasikan VCore sekitar 1.55V, kami mendapat kecepatan CPU 4.5Ghz yang cukup stabil menjalankan Cinebench R11.5. Sayangnya, APU ini menolak untuk berjalan dengan stabil pada kecepatan yang lebih tinggi lagi. Bisa jadi memang CPU kami yang tidak memiliki overclockability yang baik, namun kami melihat batasan yang serupa pada pengujian dari rekan-rekan kami di luar.
Limitasi clock yang jauh lebih rendah dari APU Richland ini membuat kami sedikit yakin bahwa proses fabrikasi 28nmSHP yang digunakan AMD Steamroller Core tidak didesain untuk berjalan di clockspeed tinggi seperti pada Piledriver/Bulldozer. Kami akan menyelidiki hal ini lebih lanjut, sekaligus juga membahas overclocking pada GPU dan Memorinya.

Kesimpulan

amd-kaveri-logo
Melihat performa yang ditawarkan oleh AMD APU Kaveri, khususnya A10-7850K, kami merasa bahwa pernyataan AMD yang berkata bahwa Kaveri adalah ‘AMD’s Most Advanced APU Ever‘ bukan hanya sekadar tagline marketing. Pada APU generasi ke-empat ini, AMD menawarkan berbagai peningkatan di banyak bidang dibandingkan APU generasi sebelumnya, antara lain:
  • Konsumsi daya yang rendah berkat fitur manajemen daya yang lebih pintar
  • Performance per Watt yang ditingkatkan
  • Peningkatan 10% pada IPC(instructions per clock) berkat arsitektur baru
  • GPU Terintegrasi yang jauh lebih powerful untuk Gaming
  • Kemampuan Kontroller Memori yang Ditingkatkan (DDR3-2400)
  • Performa Compute(OpenCL, DirectCompute) yang tinggi untuk mengakselerasi berbagai aplikasi
Selain peningkatan yang ditawarkan diatas, AMD Kaveri APU pun masih memiliki segudang kelebihan yang lain, misalnya saja dukungan hUMA (heterogeneous Unified Memory Architecture) dan hQ(Heterogeneous Queuing) untuk performa yang lebih baik di lingkungan berbasis HSA(Heterogeneous System Architecture). Belum lagi dukungan API Mantle dan DirectX 11.2 pada GPUnya, serta AMD TrueAudio Technology.

Paling Menonjol: Performa GPU

Dari semua peningkatan yang ada, yang paling mencolok adalah kenaikan performa yang ditawarkan oleh GPU terintegrasinya. AMD menyematkan Radeon R7-series GPU di APU Kaveri, dengan seri tertingginya memiliki 8(delapan) buah Compute Unit atau 512 Shaders. GPU berbasis arsitektur GCN ini memberikan performa gaming yang setara dengan kebanyakan GPU kelas menengah 1 juta-an Rupiah! Menurut database yang kami miliki, GPU R7 milik A10-7850K akan memiliki kemampuan kurang sedikit dibawah  sebuah VGA Diskrit Radeon R7 250, dan lebih kencang dari Radeon HD 7730 GDDR5. Sedangkan GPU milik A10-7700K kurang lebih setara dengan sebuah Radeon HD 7730 GDDR3, dan lebih kencang dari sebuah Radeon R7 240.
Pada game terbaru seperti Battlefield 4, APU A10-7850K bahkan masih bisa mendapat hampir 50 FPS di resolusi 1280×720, detail Medium. Sebuah pencapaian yang menakjubkan! Performa tinggi ini umumnya terjadi pada skenario game-game dengan dukungan DirectX 11, dan skenario tertentu APU Kaveri A10-7850K dan A10-7700K masih bisa menjalankan game-game terbaru pada resolusi 1080p, dengan nilai FPS lebih dari 30, misalnya saja pada GRID 2.
Dengan harga MSRP sebesar USD 179 untuk A10-7850K, dan USD 155 untuk A10-7700K, perbandingan harga vs performa yang diberikan AMD APU Kaveri  ini cukup menggiurkan bagi gamer yang berbudget terbatas yang mencari performa gaming ekstra di game high-end seperti Battlefield 4 (catatan: Harga APU A10-7850K memang termasuk tinggi, namun menurut kami ini terbayarkan mengingat GPU terintegrasinya sudah setara dengan GPU add-on seharga 1 juta-an lebih!)
Dioptimalkan untuk Aplikasi Tertentu
KaveriCPU
Meski memiliki performa GPU yang luar biasa, performa CPU Kaveri pada aplikasi umum(non-accelerated) mungkin sedikit terasa kurang ‘menggigit’. Pada aplikasi-aplikasi ini bahkan APU Richland A10-6800K bisa mengalahkan Kaveri A10-7850K, karena clockspeed A10-6800K yang 400Mhz lebih besar. Kemampuan APU Kaveri yang sebenarnya baru akan terasa pada aplikasi tertentu yang menggunakan GPU pada Kaveri untuk mengakselerasi komputasi. Hal ini terlihat pada aplikasi seperti Adobe Media Encoder CC yang memanfaatkan semua kemampuan komputasi pada Kaveri(terutama GPU) untuk encoding video. Disini kita bisa melihat bahwa APU Kaveri mendapat performance boost yang signifikan (50% lebih) saat akselerasi OpenCL dihidupkan. Pada benchmark PCMark 8 yang mensimulasikan banyak workload sehari-hari, seperti web browsing, photo editing, dan video chat, terlihat AMD APU Kaveri pun mendapat kenaikan performa setidaknya 30% saat akselerasi dihidupkan. Intinya, ketika aplikasi yang digunakan mendukung akselerasi GPU(via OpenCL/DirectCompute misalnya), AMD Kaveri APU akan memberikan performa yang tinggi.
Cocok untuk siapa?
AMDHSA
Melihat tingginya kemampuan Kaveri yang diberikan pada aplikasi tertentu yang menggunakan GPU, terlihat sekali bahwa AMD menginginkan Kaveri untuk digunakan sebagai sebuah APU(CPU+GPU) secara keseluruhan, yang akan memberikan total 12 Compute Cores pada A10-7850K, dan 10 Compute Cores pada A10-7700K. APU Kaveri akan memberikan performa tinggi hanya ketika semua unit komputasinya dimanfaatkanhanya saja tidak semua aplikasi dapat memanfaatkan kemampuan yang satu ini. Bagi anda yang ingin menjadikan AMD Kaveri sebagai sistem utama anda, pastikan bahwa anda menggunakan aplikasi-aplikasi yang ‘compute-compatible’(biasanya ini ditandai dengan kata-kata ‘OpenCL Acceleration’). Sayangnya, bagi anda yang masih menggunakan aplikasi-aplikasi konvensional(non-accelerated) yang memanfaatkan CPU saja, kemampuan ke-empat Steamroller Core pada APU Kaveri akan terlihat biasa-biasa saja dan kurang istimewa.
Ada beberapa skenario pemakaian yang akan membuat AMD Kaveri terlihat menarik, misalnya saja seorang gamer yang menginginkan performa mumpuni pada berbagai game 3D tanpa perlu membeli GPU add-on tambahan, atau juga pencinta sistem mini-ITX / HTPC yang menginginkan PC mungil hemat daya, namun memiliki performa baik.

Kaveri: Masih Menyimpan Potensi

HUMA
Akhirnya, kita sampai juga pada penghujung artikel review Kaveri A10-7850K dan Kaveri A10-7700K ini. Terus terang, masih banyak potensi dari AMD Kaveri yang belum terlihat pada review ini. Sampai saat artikel ini dimuat, kami belum mendapat sample/demo aplikasi yang memanfaatkan HSA dari Kaveri. Kemudian, performa gaming dari APU ini saat disandingkan dengan GPU Add-on (baik dual Graphics maupun hanya tambahan GPU Discrete) pun menarik untuk diuji lebih lanjut. Dan seperti biasa, rekan-rekan kami dari JagatReview OC Team akan berjuang untuk memaksa APU ini sampai pada batas maksimalnya.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates